4 LOKASI DI JAKARTA YANG MENJADI TARGET BOM
Polisi menuding terduga teroris Muhammad Thorik, atau sering juga ditulis dengan Muhammad Toriq, berencana melakukan bom bunuh diri di empat lokasi di Jakarta. Keempat lokasi itu adalah Markas Komando Brigadir Mobil di Depok, pos polisi di Jalan Salemba, kantor Detasemen Khusus 88 Antiteror, dan komunitas masyarakat Buddha.
Kepala Biro Penerangan Markas Besar Polri Brigadir Jenderal Boy Rafli Amar mengatakan rencana aksi teror itu terungkap saat Thorik diperiksa. "Thorik mengaku salah satu ''pengantin'' aksi bom bunuh diri itu," ujar Boy dalam keterangan pers di kantornya kemarin.
Boy mengatakan, kelompok teror ini memang menjadikan aparat kepolisian sebagai target. Sedangkan penyerangan terhadap komunitas Buddha, menurut Boy, karena rasa solidaritas kepada umat muslim Rohingya di Myanmar.
Thorik adalah terduga teroris yang disebut-sebut merangkai bom di rumahnya di kawasan Tambora, Jakarta Barat. Dia kabur saat warga mencoba memadamkan asap yang mengepul dari rumahnya, Rabu pekan lalu itu. Thorik menyerahkan diri pada Minggu sore di Pos Polisi Jembatan Lima, Tambora. "Penyerahan diri itu diduga karena tersangka memikirkan keluarga, anak dan istrinya," kata Boy.
Bahan peledak yang ditemukan di Tambora diduga berkaitan dengan ledakan di Beji, Depok, Sabtu lalu. Boy mengatakan, Thorik merupakan salah satu tersangka yang melarikan diri setelah bom di Beji, Depok.
Polisi menduga ada dua tersangka yang melarikan diri seusai ledakan itu. "Ada dua buron. Satu terluka, satunya lagi Thorik," kata Boy. Polisi, dia melanjutkan, masih terus berupaya mengungkap korban luka yang dibawa ke Rumah Sakit Polri itu.
Polisi juga sudah mendapat konfirmasi, surat wasiat yang ditemukan tim Detasemen Khusus 88 Antiteror di kontrakan Beji adalah tulisan Thorik. Surat wasiat itu berisi permintaan maaf kepada keluarga dan penjelasan tujuan Thorik menjadi pengantin bom bunuh diri. "Sudah jelas, itu tulisan Thorik," katanya.
Para tetangga seakan tak percaya Thorik menjadi calon pengantin bom bunuh diri. Yanto menilai Thorik tak menunjukkan gelagat tersebut. "Dia kan juga punya tanggungan keluarga," kata Yanto, pemilik warung nasi di depan rumah Thorik, kemarin.
Keheranan tetangga bertambah karena Thorik berlatar belakang keluarga pengajar agama. "Saudara-saudaranya pengajar di bidang agama," kata Subagyo, Ketua RT 2 di kawasan itu.
Di tempat terpisah, Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme Ansyaad Mbai mengakui Indonesia sejauh ini belum berhasil meredam akar terorisme. "Tidak ada single factor," kata dia di kantor Wakil Presiden, Jakarta.
Masalahnya, Ansyaad melanjutkan, korelasi di antara semua faktor itu kemudian mengkristal menjadi bentuk rasa ketidakadilan. "Ini yang selalu dieksploitasi dengan menggunakan paham-paham radikalisme."
Kepala Biro Penerangan Markas Besar Polri Brigadir Jenderal Boy Rafli Amar mengatakan rencana aksi teror itu terungkap saat Thorik diperiksa. "Thorik mengaku salah satu ''pengantin'' aksi bom bunuh diri itu," ujar Boy dalam keterangan pers di kantornya kemarin.
Boy mengatakan, kelompok teror ini memang menjadikan aparat kepolisian sebagai target. Sedangkan penyerangan terhadap komunitas Buddha, menurut Boy, karena rasa solidaritas kepada umat muslim Rohingya di Myanmar.
Thorik adalah terduga teroris yang disebut-sebut merangkai bom di rumahnya di kawasan Tambora, Jakarta Barat. Dia kabur saat warga mencoba memadamkan asap yang mengepul dari rumahnya, Rabu pekan lalu itu. Thorik menyerahkan diri pada Minggu sore di Pos Polisi Jembatan Lima, Tambora. "Penyerahan diri itu diduga karena tersangka memikirkan keluarga, anak dan istrinya," kata Boy.
Bahan peledak yang ditemukan di Tambora diduga berkaitan dengan ledakan di Beji, Depok, Sabtu lalu. Boy mengatakan, Thorik merupakan salah satu tersangka yang melarikan diri setelah bom di Beji, Depok.
Polisi menduga ada dua tersangka yang melarikan diri seusai ledakan itu. "Ada dua buron. Satu terluka, satunya lagi Thorik," kata Boy. Polisi, dia melanjutkan, masih terus berupaya mengungkap korban luka yang dibawa ke Rumah Sakit Polri itu.
Polisi juga sudah mendapat konfirmasi, surat wasiat yang ditemukan tim Detasemen Khusus 88 Antiteror di kontrakan Beji adalah tulisan Thorik. Surat wasiat itu berisi permintaan maaf kepada keluarga dan penjelasan tujuan Thorik menjadi pengantin bom bunuh diri. "Sudah jelas, itu tulisan Thorik," katanya.
Para tetangga seakan tak percaya Thorik menjadi calon pengantin bom bunuh diri. Yanto menilai Thorik tak menunjukkan gelagat tersebut. "Dia kan juga punya tanggungan keluarga," kata Yanto, pemilik warung nasi di depan rumah Thorik, kemarin.
Keheranan tetangga bertambah karena Thorik berlatar belakang keluarga pengajar agama. "Saudara-saudaranya pengajar di bidang agama," kata Subagyo, Ketua RT 2 di kawasan itu.
Di tempat terpisah, Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme Ansyaad Mbai mengakui Indonesia sejauh ini belum berhasil meredam akar terorisme. "Tidak ada single factor," kata dia di kantor Wakil Presiden, Jakarta.
Masalahnya, Ansyaad melanjutkan, korelasi di antara semua faktor itu kemudian mengkristal menjadi bentuk rasa ketidakadilan. "Ini yang selalu dieksploitasi dengan menggunakan paham-paham radikalisme."