INILAH MEGA PROYEK JAKARTA
Beragam mega proyek direncanakan di Jakarta. Dari pembangunan triple decker di masa pemerintahan Orde Baru, pembangunan Jakarta Outer Ring Road (JORR), MRT (Mass Rapid Transit), jalur busway, monorel, pembangunan enam ruas jalan tol, Kanal Banjir Timur, hingga sekarang proyek pembangunan terowongan multifungsi yang diperkirakan menelan biaya hingga Rp16 triliun. Akan tetapi baru beberapa proyek saja yang berjalan, seperti JORR, busway dan Kanal Banjir Timur. Sisanya masih belum berjalan bahkan mangkrak. Banyaknya rencana proyek besar ini menyedot perhatian investor dan masyarakat. Berikut adalah beberapa megaproyek di Jakarta:
Triple Decker
Triple Decker atau jalan layang susun tiga ini pernah diwacanakan semasa Gubernur Soerjadi Soedirdja (1992-1997) atau di era pemerintahan Orde Baru. Pemerintah pusat mendukung pembangunan infrastruktur yang diusulkan Citra Lamtorogung Persada Group milik Siti Hardiyanti Rukmana. Tujuan megaproyek Triple Decker adalah mengatasi kemacetan parah di Jakarta. Namun, setelah Indonesia dihantam krisis moneter disusul tumbangnya kekuasaan Orde Baru, rencana tersebut tak kunjung direalisasikan. Terlebih banyak pihak menentang Triple Decker, di antaranya karena bakal menggusur permukiman warga.
Jakarta Outer Ring Road (JORR)
Jakarta Outer Ring Road (JORR) atau Jalan Tol Lingkar Luar adalah proyek nasional. Jalan tol ini melingkari bagian luar Jakarta, untuk mengatasi kemacetan di Ibu Kota. Pemprov DKI Jakarta pun sudah melakukan pembebasan lahan. Meski pembebasan lahan ini sempat tersendat, JORR telah terealisasi. JORR pertama adalah Jalan tol TB Simatupang (Tol Pondok Indah). Menyusul kemudian pembangunan Tol Ulujami-Rorotan, Kembangan-Penjaringan, dan Kembangan-Ulujami. Pembangunan dilakukan secara bertahap.
Mass Rapid Transit (MRT)
Mass Rapid Transit (MRT) adalah proyek Pemprov DKI Jakarta. Gagasan telah mengemuka sejak Sutiyoso menjadi Gubernur DKI Jakarta. MRT dianggap menjadi proyek paling ideal untuk mengatasi kemacetan lalu lintas di Jakarta. Sutiyoso menargetkan, MRT bisa direalisasikan akhir 2005 dengan dana pinjaman dari Jepang $600 juta. Gagasan MRT terus dilanjutkan pada masa Fauzi Bowo jadi Gubernur DKI, tapi tak kunjung terwujud. Kini, Jokowi bertekad untuk segera merealisasikan MRT meski terjadi tarik ulur. Jokowi yakin tahun ini proyek pembangunan MRT bisa berjalan.
Jalur busway
Ini adalah megaproyek gagasan Gubernur Sutiyoso yang menuai kritikan tajam. Jalur busway dianggap memperparah kemacetan, sebab mengambil salah satu lajur jalan umum. Meski mendapat kritikan tajam, megaproyek pengadaan jalur busway berikut bus TransJakarta tetap berjalan dan sudah dinikmati masyarakat sejak 2004. Jalur busway terus dikembangkan sampai ke masa kepemimpinan Gubernur Fauzi Bowo. Kini, Jokowi bertekad meneruskan program tersebut. Selain menambah bus TransJakarta agar waktu tunggu relatif singkat, Jokowi berniat untuk mengintegrasikan angkutan umum melalui sistem satu tiket. Bahkan bus ukuran sedang seperti Metromini dan Kopaja diproyeksikan melintasi jalur busway. Rencananya, jalur busway ini akan dibangun sampai 15 koridor. Sampai kini baru berjalan sampai koridor XII.
Monorel
Monorel Jakarta adalah sebuah sistem mass transit dengan kereta rel tunggal dengan jalur elevated. Monorel terdiri dari dua jalur, jalur hijau (Semanggi-Casablanca-Kuningan-Semanggi) dan jalur biru (Kampung Melayu-Casablanca-Tanah Abang-Roxy). Proyek ini mangkrak karena persoalan finansial, padahal kontruksinya telah dimulai pada Juni 2004. Pada 2003, proyek ini dipercayakan pada perusahaan Malaysia, Mtrans (yang membangun Monorel KL). Lalu MoU dengan Mtrans dibatalkan, dan proyek diberikan kepada konsorsium utama Singapura Ominico. Setahun berikutnya, proyek ini berganti penanggung jawab. MoU baru pun dibuat lagi dan proyek diberikan kepada konsorsium perusahaan Indonesia, PT Bukaka Teknik Utama, PT Inka, dan Siemens Indonesia. Saat ini PT Jakarta Monorail telah berniat meneruskan proyek pembangunan monorel. Namun soal siapa anggota konsorsium pemegang konsesi proyek pascakeluarnya PT Adhi Karya,Tbk, belum jelas.
Pembangunan enam ruas jalan tol
Pembangunan enam ruas jalan tol memicu kontroversi di masyarakat karena dianggap akan memperparah kemacetan. Pembangunan jalan tol juga dianggap hanya memfasilitasi pemilik mobil. Diprediksi, jumlah mobil akan terus meningkat dengan adanya ruas jalan tol ini. Namun, pembangunan enam ruas jalan tol telah dicanangkan Kementerian Pekerjaan Umum pada 2005, saat Jakarta dipimpin Gubernur Sutiyoso. Pembangunan tersebut telah diamanatkan dalam Peraturan Daerah Rencana Tata Ruang Wilayah (Perda RTRW) DKI Jakarta tahun 2011-2030.
Kanal Banjir Timur
Kanal Banjir Timur (KBT) dibangun untuk mengatasi banjir akibat hujan lokal dan aliran dari hulu di Jakarta bagian timur. Dengan pembangunan Kanal Banjir Timur diharapkan mengurangi ancaman banjir di 13 kawasan, dari industri hingga pergudangan. KBT dibangun untuk menampung aliran Kali Ciliwung, Kali Cililitan, Kali Cipinang, Kali Sunter, Kali Buaran, Kali Jati Kramat dan Kali Cakung. Kanal tersebut sekaligus juga sebagai prasarana konservasi air. Adapun luas proyek ini 207 km atau 20.700 hektar. Rancangannya sudah ada sejak 1973. Berdasarkan rencana induk "Master Plan for Drainage and Flood Control of Jakarta", pengendalian banjir Jakarta akan bertumpu pada dua terusan yang melingkari sebagian besar wilayah kota. Terusan ini yang kemudian bernama Kanal Banjir Barat (telah dibangun pada 1992) dan Kanal Banjir Timur. Kini, KBT sudah dibangun meski sempat mangkrak karena terkendala pembebasan lahan.
Terowongan multifungsi
Ketika Sutiyoso masih menjadi Gubernur DKI Jakarta, gagasan pembangunan The Deep Tunnel sempat mengemuka. Dan baru di era Jokowi, rencana itu makin dimatangkan. Sebabnya adalah Jalan Thamrin yang direndam banjir beberapa waktu lalu, sementara kondisi gorong-gorong yang dibangun pada 1970 hanya berdiameter 60 cm, sehingga tidak mampu menampung debit air hujan. Jokowi enggan menyebutnya sebagai The Deep Tunnel. Ia lebih memilih nama terowongan multifungsi, yang tidak hanya bisa menampung debit air hujan, tapi juga mengatasi limbah sekaligus bisa menjadi bahan baku air minum. Terowongan yang mengambil jalur MT Haryono-Pluit ini diperkirakan berbiaya Rp16 triliun. [yahoo]
Triple Decker
Triple Decker atau jalan layang susun tiga ini pernah diwacanakan semasa Gubernur Soerjadi Soedirdja (1992-1997) atau di era pemerintahan Orde Baru. Pemerintah pusat mendukung pembangunan infrastruktur yang diusulkan Citra Lamtorogung Persada Group milik Siti Hardiyanti Rukmana. Tujuan megaproyek Triple Decker adalah mengatasi kemacetan parah di Jakarta. Namun, setelah Indonesia dihantam krisis moneter disusul tumbangnya kekuasaan Orde Baru, rencana tersebut tak kunjung direalisasikan. Terlebih banyak pihak menentang Triple Decker, di antaranya karena bakal menggusur permukiman warga.
Jakarta Outer Ring Road (JORR)
Jakarta Outer Ring Road (JORR) atau Jalan Tol Lingkar Luar adalah proyek nasional. Jalan tol ini melingkari bagian luar Jakarta, untuk mengatasi kemacetan di Ibu Kota. Pemprov DKI Jakarta pun sudah melakukan pembebasan lahan. Meski pembebasan lahan ini sempat tersendat, JORR telah terealisasi. JORR pertama adalah Jalan tol TB Simatupang (Tol Pondok Indah). Menyusul kemudian pembangunan Tol Ulujami-Rorotan, Kembangan-Penjaringan, dan Kembangan-Ulujami. Pembangunan dilakukan secara bertahap.
Mass Rapid Transit (MRT)
Mass Rapid Transit (MRT) adalah proyek Pemprov DKI Jakarta. Gagasan telah mengemuka sejak Sutiyoso menjadi Gubernur DKI Jakarta. MRT dianggap menjadi proyek paling ideal untuk mengatasi kemacetan lalu lintas di Jakarta. Sutiyoso menargetkan, MRT bisa direalisasikan akhir 2005 dengan dana pinjaman dari Jepang $600 juta. Gagasan MRT terus dilanjutkan pada masa Fauzi Bowo jadi Gubernur DKI, tapi tak kunjung terwujud. Kini, Jokowi bertekad untuk segera merealisasikan MRT meski terjadi tarik ulur. Jokowi yakin tahun ini proyek pembangunan MRT bisa berjalan.
Jalur busway
Ini adalah megaproyek gagasan Gubernur Sutiyoso yang menuai kritikan tajam. Jalur busway dianggap memperparah kemacetan, sebab mengambil salah satu lajur jalan umum. Meski mendapat kritikan tajam, megaproyek pengadaan jalur busway berikut bus TransJakarta tetap berjalan dan sudah dinikmati masyarakat sejak 2004. Jalur busway terus dikembangkan sampai ke masa kepemimpinan Gubernur Fauzi Bowo. Kini, Jokowi bertekad meneruskan program tersebut. Selain menambah bus TransJakarta agar waktu tunggu relatif singkat, Jokowi berniat untuk mengintegrasikan angkutan umum melalui sistem satu tiket. Bahkan bus ukuran sedang seperti Metromini dan Kopaja diproyeksikan melintasi jalur busway. Rencananya, jalur busway ini akan dibangun sampai 15 koridor. Sampai kini baru berjalan sampai koridor XII.
Monorel
Monorel Jakarta adalah sebuah sistem mass transit dengan kereta rel tunggal dengan jalur elevated. Monorel terdiri dari dua jalur, jalur hijau (Semanggi-Casablanca-Kuningan-Semanggi) dan jalur biru (Kampung Melayu-Casablanca-Tanah Abang-Roxy). Proyek ini mangkrak karena persoalan finansial, padahal kontruksinya telah dimulai pada Juni 2004. Pada 2003, proyek ini dipercayakan pada perusahaan Malaysia, Mtrans (yang membangun Monorel KL). Lalu MoU dengan Mtrans dibatalkan, dan proyek diberikan kepada konsorsium utama Singapura Ominico. Setahun berikutnya, proyek ini berganti penanggung jawab. MoU baru pun dibuat lagi dan proyek diberikan kepada konsorsium perusahaan Indonesia, PT Bukaka Teknik Utama, PT Inka, dan Siemens Indonesia. Saat ini PT Jakarta Monorail telah berniat meneruskan proyek pembangunan monorel. Namun soal siapa anggota konsorsium pemegang konsesi proyek pascakeluarnya PT Adhi Karya,Tbk, belum jelas.
Pembangunan enam ruas jalan tol
Pembangunan enam ruas jalan tol memicu kontroversi di masyarakat karena dianggap akan memperparah kemacetan. Pembangunan jalan tol juga dianggap hanya memfasilitasi pemilik mobil. Diprediksi, jumlah mobil akan terus meningkat dengan adanya ruas jalan tol ini. Namun, pembangunan enam ruas jalan tol telah dicanangkan Kementerian Pekerjaan Umum pada 2005, saat Jakarta dipimpin Gubernur Sutiyoso. Pembangunan tersebut telah diamanatkan dalam Peraturan Daerah Rencana Tata Ruang Wilayah (Perda RTRW) DKI Jakarta tahun 2011-2030.
Kanal Banjir Timur
Kanal Banjir Timur (KBT) dibangun untuk mengatasi banjir akibat hujan lokal dan aliran dari hulu di Jakarta bagian timur. Dengan pembangunan Kanal Banjir Timur diharapkan mengurangi ancaman banjir di 13 kawasan, dari industri hingga pergudangan. KBT dibangun untuk menampung aliran Kali Ciliwung, Kali Cililitan, Kali Cipinang, Kali Sunter, Kali Buaran, Kali Jati Kramat dan Kali Cakung. Kanal tersebut sekaligus juga sebagai prasarana konservasi air. Adapun luas proyek ini 207 km atau 20.700 hektar. Rancangannya sudah ada sejak 1973. Berdasarkan rencana induk "Master Plan for Drainage and Flood Control of Jakarta", pengendalian banjir Jakarta akan bertumpu pada dua terusan yang melingkari sebagian besar wilayah kota. Terusan ini yang kemudian bernama Kanal Banjir Barat (telah dibangun pada 1992) dan Kanal Banjir Timur. Kini, KBT sudah dibangun meski sempat mangkrak karena terkendala pembebasan lahan.
Terowongan multifungsi
Ketika Sutiyoso masih menjadi Gubernur DKI Jakarta, gagasan pembangunan The Deep Tunnel sempat mengemuka. Dan baru di era Jokowi, rencana itu makin dimatangkan. Sebabnya adalah Jalan Thamrin yang direndam banjir beberapa waktu lalu, sementara kondisi gorong-gorong yang dibangun pada 1970 hanya berdiameter 60 cm, sehingga tidak mampu menampung debit air hujan. Jokowi enggan menyebutnya sebagai The Deep Tunnel. Ia lebih memilih nama terowongan multifungsi, yang tidak hanya bisa menampung debit air hujan, tapi juga mengatasi limbah sekaligus bisa menjadi bahan baku air minum. Terowongan yang mengambil jalur MT Haryono-Pluit ini diperkirakan berbiaya Rp16 triliun. [yahoo]